Senin, 05 September 2016

JURNAL PROSIDING KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)



PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PROLIFE
PADA KTD (KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN)
DI WILAYAH PUSKESMAS BRANGSONG I
KABUPATEN KENDAL
TAHUN 2016

Anis Nur Aini1
Rose Nurhudhariani2

Program Studi D IV Bidan Pendidik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang



Abstrak

Latar Belakang : Hasil study pendahuluan di Puskesmas Brangsong I pada bulan Maret 2016, didapatkan data bahwa selama tahun 2015 tercatat ada 15 wanita umur dibawah 25 tahun yang datang untuk Imunisasi TT Capeng (Calon Pengantin) dalam keadaan hamil. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : remaja yang pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan yang berusia 15-24 tahun dan telah menikah, mampu berkomunikasi dan bersedia menjadi partisipan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah partisipan 3 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah karena adanya dukungan dari keluarga dan pacar yang bersedia bertanggung jawab serta adanya rasa kasihan pada janin yang dikandungnya. Dampak sosial, psikologis, dan materi dari pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah ibu dengan kasus KTD awalnya merasa sakit hati dalam menanggapi asumsi negatif lingkungan namun berusaha sabar, adanya cemoohan secara tidak langsung dan terkadang secara langsung namun tidak mengucilkan dalam pergaulan di masyarakat. Sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sudah merasa terpenuhi karena adanya pemasukan dari hasil bekerja suami dan bahkan istri. Dukungan keluarga dalam pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah keluarga mendukung kehamilan dengan memberikan perhatian, mendukung periksa hamil, keluarga ikut aktif menjaga kehamilan seperti menganjurkan hal-hal yang baik bagi kehamilan, suami biasa mengantarkan periksa hamil dan keluarga membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti membantu biaya kebutuhan sehari-hari walau sudah bekerja.

Abstract


Background: Results s of a preliminary study in Puskesmas Brangsong I in March 2016, the data found that during 2015, there were 15 women aged under 25 years who came to TT Immunization Capeng (bride) is pregnant. This research method using qualitative research. Participants in this study was that meets the following criteria: adolescents who had experienced an unwanted pregnancy is 15-24 years old and have been married, is able to communicate and willing to be a participant. The samples in this study using purposive sampling technique, with the number of participants 3. The results showed that the reason for the decision-making ProLife at KTD is due to the support of family and girlfriend who are willing to be responsible and their compassion to the fetus. The social, psychological, and material from the decision-making ProLife at KTD is a mother with KTD case initially was hurt in response to negative assumptions environment but working patiently, their scorn indirectly and sometimes directly but does not exclude the association in the community. While in subsistence already felt fulfilled because of their income from the working husband and wife even. Family support in decision making ProLife at KTD is family support a pregnancy by providing attention, support the pregnancy check, family participate actively maintain the pregnancy as advocate things that are good for pregnancy, the husband usually brings pregnancy check and families help in fulfilling the necessities of life such as helping fees daily necessities even though they had worked.

Keywords: KTD; The social; psychological and material; support family



PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kehamilan tidak dikehendaki di kalangan remaja akan memunculkan konsekuensi psikologis yang cukup berat. Hampir semua remaja yang hamil pranikah mengalami tekanan psikologis yang berasal dari ketidaksiapan psikososialnya untuk mengemban peran dan tanggung jawab sebagai calon orang tua. Menurut Hidayana terdapat tiga faktor yang berperanan penting dalam resolusi pengambilan keputusan tindak lanjut kehamilan. Pertama adalah sikap significant people, terutama sang pacar dan orang tua. Kedua adalah sikap terhadap aborsi dalam kaitannya dengan nilai-nilai normatif dan ketiga adalah pertimbangan konsekuensi sosial ekonomi. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor tersebut, hal pertama yang terpikirkan sebagai jalan keluar dari masalah kehamilan pranikah umumnya adalah aborsi (Tukiran, dkk, 2010).
Diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Fitriana, 2015) bahwa dukungan orang terdekat terhadap kehamilan tidak diinginkan merupakan coping konstruktif dalam menghadapi masalah. Penjelasan peran dan proses penyampaian dukungan sosial pada remaja KTD diharapkan dapat mengurangi stressor yang dirasakan remaja KTD. Dengan begitu, remaja KTD dapat merasakan kesejahteraan subjektif dan terhindar dari depresi serta pilihan berisiko seperti aborsi. Hasil dari penelitian tersebut dijelaskan bahwa Dukungan yang pertama diminta remaja KTD adalah dukungan instrumental dan informasional. Dukungan tersebut membuka pintu bagi dukungan emosional dari sumber yang beragam. Dukungan sosial pada remaja KTD berperan dalam pembentukan pandangan positif atas masalah, penerimaan kehamilan dan perencanaan akan masa depan diri dan anak. Dukungan yang tidak memerhatikan aspek empati dan solidaritas, kejujuran dan ketulusan, serta kebebasan akan berdampak pada keadaan psikologis remaja KTD.
Data WHO tercatat lebih dari 32 ribu perempuan yang mengalami KTD dalam rentang waktu 2010-2014. Jumlah tersebut menjadi salah satu yang paling tinggi di kawasan ASEAN (Ramona Sari, 2015).
Data SDKI 2007 menunjukkan dari 801 orang remaja yang telah melakukan hubungan seks pra nikah, sebanyak 81 orang atau 11 persen berakhir dengan kehamilan yang tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil tersebut, sekitar 50 orang atau 57,5 persen mengakhiri kehamilannya dengan melakukan aborsi. Dalam hal ini perempuan tetap menjadi pihak yang paling dirugikan karena perempuanlah yang mempertaruhkan nyawanya (Tukiran, dkk, 2010).
Tidak ada angka yang pasti yang mencatat seberapa besar KTD di kalangan remaja. Hanya saja sejak tahun 2010-2014, setiap tahun Youth Center PILAR PKBI Jawa Tengah mencatat antara 65-85 kasus yang berkonsultasi dengan keluhan KTD. Sebagian besar kasus yang datang adalah siswa SLTA dengan usia antara 15-18 tahun (PKBI Jawa Tengah, 2015).
Hasil study pendahuluan di Puskesmas Brangsong I pada bulan Maret 2016, didapatkan data bahwa selama tahun 2014 tercatat ada 6 wanita umur dibawah 25 tahun yang datang untuk Imunisasi TT Capeng (Calon Pengantin) dalam keadaan hamil, sedangkan pada tahun 2015 tercatat ada 15 wanita umur dibawah 25 tahun dengan kasus serupa. Adanya kasus KTD ini merupakan masalah bagi pihak Puskesmas Brangsong I, namun belum ada tindak lanjut untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan wawancara singkat pada 2 orang yang mengalami kasus KTD pada tahun 2015 didapatkan jawaban bahwa alasan pengambilan keputusan prolife diantaranya karena paham akan akibat buruk aborsi bagi kesehatan, merasa kasian pada janin dan takut menambah dosa. Dukungan terpenting didapat dari sang pacar, selanjutnya dukungan dari orang tua dan teman. Dampak yang dialami akibat kasus KTD diantaranya asumsi negatif dari lingkungan sekitar, segi psikologis harus berupaya sabar menanggapi tekanan batin akibat asumsi buruk lingkungan sekitar dan dari segi ekonomi bagi yang mengalami KTD dalam keadaan belum punya pekerjaan sangat sulit mendapatkan pekerjaan karena sebagian besar pabrik mencari tenaga kerja yang belum menikah dan pertimbangan pendidikan rendah. 
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan, maka peneliti mengambil judul “Proses pengambilan keputusan prolife pada KTD di wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal tahun 2016”.
B.  Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti proses pengambilan keputusan prolife pada KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) di wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal tahun 2016.Yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1.    Alasan pengambilan keputusan prolife pada KTD
2.    Dampak sosial, psikologis dan materi dari pengambilan keputusan prolife pada KTD
3.    Dukungan keluarga dalam pengambilan keputusan prolife pada KTD.
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu “ Bagaimana proses pengambilan keputusan prolife pada KTD di wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal tahun 2016? ”
D.  Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui proses pengambilan keputusan prolife pada KTD di wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal tahun 2016.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengeksplorasi alasan yang menjadi dasar pengambilan keputusan prolife pada KTD
b.      Mengeksplorasi dampak sosial, psikologis dan materi yang dialami dari pengambilan keputusan prolife pada KTD
c.       Mengeksplorasi dukungan keluarga dalam pengambilan keputusan prolife pada KTD.


TINJAUAN TEORITIS

1.    Remaja
BKKBN mendefinisikan remaja sebagai penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan WHO mendefinisikan remaja dalam dua kategori yaitu adolescence adalah periode kehidupan pada usia 10-19 tahun dan youth adalah periode kehidupan pada usia 15-24 tahun. Sehingga mereka yang disebut sebagai orang muda (young people) adalah mereka yang berusia 10-24 tahun (PKBI Jawa Tengah, 2014).
2.    Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seksual pranikah
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi orang tua, keluarga, bahkan masyarakat. Akibat hubungan seks pranikah :
a.  Bagi remaja :
1)      Remaja pria menjadi tidak perjaka dan remaja wanita tidak perawan
2)        Menambah resiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti: gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata, HIV/AIDS
3)        Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan
4)        Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan)
5)        Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja
6)        Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat
b.  Bagi keluarga :
1)        Menimbulkan aib keluarga
2)        Menambah beban ekonomi keluarga
3)        Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (ejekan)
c.  Bagi masyarakat :
1)        Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
2)        Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi
3)        Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun (Marmi, 2014)
3.      Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Unwanted pregnancy atau dikenal dengan kehamilan yang tidak diharapkan merupakan suatu kondisi ketika pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku seksual, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja (Kumalasari dan Andhyantoro I, 2013).
Dampak kehamilan bagi remaja bila kehamilan dipertahankan
1)      Resiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian
2)      Resiko psikis atau psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini bisa juga mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
3)      Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua.
4)      Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar (Widyastuti Y, dkk, 2009).
4.      Dukungan sosial
Dukungan sosial dapat disimpulkan sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain (Maslihah S, 2011).
Weiss (dalam Maslihah S, 2011) membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain, yaitu: guidance, reliablealliance, attachment, reassurance ofworth, socialintegration, dan opportunity toprovide nurturance. Komponen-komponen itu sendiri dikelompokkan ke dalam 2 bentuk, yaitu instrumental support dan emotional support. Sumber-sumber dukungan sosial
Goetlieb (dalam Maslihah S, 2011), menyatakan ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu pertama, hubungan profesional yakni bersumber dari orang orang yang ahli dibidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara, dan kedua, hubungan non profesional,  yakni  bersumber   dari  orang-orang terdekat seperti teman, keluarga.




Kerangka Teori
 









Skema 2.4
Aplikasi penelitian sesuai theory of reasoned action


METODOLOGI PENELITIAN

A.  Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.         Yakni menggali proses pengambilan keputusan prolife pada KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) di wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi penelitian (Saryono, 2011), dalam penelitian ini yang menjadi key person adalah tenaga kesehatan (bidan).
B.  Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu Penelitian
            Penelitian ini dimulai dari bulan Nopember 2015 sampai dengan Agustus 2016.
2.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal.
C.  Partisipan
Kriteria partisipan dalam penelitian adalah :
1.    Remaja yang pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan yang berusia 15-24 tahun dan telah menikah.
2.    Mampu berkomunikasi.
3.    Bersedia menjadi partisipan.

PEMBAHASAN
a.     Mengeksplorasi tentang alasan pengambilan keputusan prolife pada KTD
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan hasil yang mengemukakan bahwa sebagian besar partisipan dengan kasus kehamilan tidak diinginkan belum mempersiapkan pernikahan, orang yang pertama kali diberi tahu adalah pacar dan bersedia bertanggung jawab, selanjutnya keluarga yang menyuruh untuk menikah, dan yang menjadi alasan sebagai dasar pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah karena adanya dukungan dari keluarga dan pacar untuk tetap mempertahankan kehamilannya, disamping pacar yang bersedia bertanggung jawab untuk segera menikahinya serta adanya rasa kasihan pada janin yang dikandungnya.
b.   Mengeksplorasi tentang dampak sosial, psikologis, dan materi dari pengambilan keputusan prolife pada KTD
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan hasil yang mengemukakan bahwa sebagian besar partisipan merasakan lingkungan berasumsi/berpendapat negatif terhadap kehamilannya, tidak ada pengucilan dalam pergaulan di masyarakat namun mendapatkan cemoohan secara langsung atau tidak langsung. Awalnya merasa sakit hati dalam menanggapi asumsi lingkungan, namun berusaha sabar. Sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sudah merasa terpenuhi karena adanya pemasukan dari hasil bekerja suami dan bahkan istri.
c.    Mengeksplorasi tentang dukungan keluarga dalam pengambilan keputusan prolife pada KTD
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan hasil yang mengemukakan bahwa keluarga mendukung kehamilan dengan memberikan perhatian, mendukung periksa hamil, keluarga ikut aktif menjaga kehamilan seperti menganjurkan hal-hal yang baik bagi kehamilan, suami biasa mengantarkan periksa hamil dan keluarga membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti membantu biaya kebutuhan sehari-hari walau sudah bekerja.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Proses Pengambilan Keputusan Prolife Pada KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) Di Wilayah Puskesmas Brangsong I Kabupaten Kendal Tahun 2016” maka didapatkan kesimpulan:
1.      Alasan pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah karena adanya dukungan dari keluarga dan pacar untuk tetap mempertahankan kehamilannya, disamping pacar yang bersedia bertanggung jawab serta adanya rasa kasihan pada janin yang dikandungnya.
2.      Dampak sosial, psikologis, dan materi dari pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah ibu dengan kasus KTD awalnya merasa sakit hati dalam menanggapi asumsi negatif lingkungan namun berusaha sabar, adanya cemoohan secara tidak langsung dan terkadang secara langsung namun tidak mengucilkan dalam pergaulan di masyarakat. Sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sudah merasa terpenuhi karena adanya pemasukan dari hasil bekerja suami dan bahkan istri.
3.      Dukungan keluarga dalam pengambilan keputusan prolife pada KTD adalah keluarga mendukung kehamilan dengan memberikan perhatian, mendukung periksa hamil, keluarga ikut aktif menjaga kehamilan seperti menganjurkan hal-hal yang baik bagi kehamilan, suami biasa mengantarkan periksa hamil dan keluarga membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti membantu biaya kebutuhan sehari-hari walau sudah bekerja.
B.       Saran
1.    Masyarakat
Masyarakat hendaknya meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat khususnya orangtua, untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan dengan memperhatikan dan menjaga pola pergaulan anaknya.
2.    Remaja
Remaja seharusnya selalu menambahkan informasi dan pengetahuan dari tenaga kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi dan pola pergaulan yang sehat, dengan harapan angka kejadian kehamilan tidak diinginkan bisa ditekan.
3.    Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya lebih memberikan sosialisasi akan pentingnya informasi mengenai pola pergaulan sehat dan mengenai kehamilan tidak diinginkan terutama tentang dampak dari kehamilan tidak diinginkan serta selalu mengevaluasi hasil dari sosialisasi tersebut untuk lebih meningkatkan program yang dijalankan oleh Puskesmas dengan sasaran pada remaja.


DAFTAR REFERENSI

Fitriana. 2015. Penelitian : Peran Dukungan Sosial Pada Remaja Dengan Masalah Kehamilan Yang Tidak Diinginkan Di Surabaya. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=81798&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html.

Marmi. 2014. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maslihah, Sri. 2011. Penelitian : Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah  Dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjWvtqL0dDLAhUCwY4KHej7AAYQFgg2MAQ&url=http%3A%2F%2Fetheses.uin-malang.ac.id%2F613%2F6%2F09410060%2520Bab%25202.pdf&usg=AFQjCNH1mp7VJhQUJNsZ1HIlVWKYsy8HAg&bvm=bv.117218890,d.c2E

PKBI Jawa Tengah. 2014. Remaja. http://pkbijateng.or.id/tag/remaja/

Sari, Ramona (Sekretaris PKBI). 2015. Kehamilan Tidak Diinginkan. Tribun Pontianak.

Tukiran, dkk. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Widyastuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar