Selasa, 28 Februari 2012

Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Perilaku mengimunisasi polio bayinya di desa Karangsari Kec Kota Kendal Kab Kendal.


BAB  I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan merupakan satu proses pengharapan melahirkan peningkatan kualitas manusia. Dengan pendidikan diharapkan seseorang memperoleh pengetahuan yang dapat mencerahkan (Soyomukti, 2008;h. 23,25). Pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi, apabila pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik diharapkan pemberian imunisasi biasanya sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan (Septalia, 2008;h. 1).
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depkes RI, 2005;h. 1). Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mengendalikan angka kesakitan yang muncul dan mencegah hilangnya produktivitas, serta menjadikan sehat sebagai fungsi produksi yang dapat memberi nilai tambah merupakan salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Masyarakat Yang Mandiri dan Berkeadilan“ (Susanto, 2009;h. 7).
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi) (Depkes RI, 2005;h. 2). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2009;h. 101).
Cakupan Imunisasi Lengkap (UCI) di Indonesia mencapai 74,5% (2002), 72,5% (2003), 72,9% (2004), 76% (2005), 73,8% (2006), 76,1% (2007), 68,2 (2008), dan 68% (2009) dan Jawa Tengah termasuk lima terbaik pada tahun 2009 (lebih dari 90%) (Depkes RI, 2010;h. 6). Namun Jawa Tengah termasuk dengan angka drop out tinggi (199.030) (Depkes RI, 2009;h. 1)
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B (Dinkes Prop.Jateng, 2005;h. 2).
Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas yang utama. Dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas. Demikian juga di Indonesia penurunan insidens beberapa penyakit menular secara menyolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak, dan polio (Ranuh, dkk, 2005;h.1).
Setelah sepuluh tahun terbebas dari polio, penyakit berbahaya itu kembali muncul di Indonesia pertengahan Maret 2005 lalu (Nasri, 2005;h. 1). Upaya eradikasi global telah berhasil menurunkan kasus poliomielitis secara dramatis dari jumlah 350.000 per tahun pada tahun 1988 menjadi hanya 1267 pada tahun 2004; jumlah negara dimana polio endemik juga berkurang dari 125 tahun 1988 menjadi tinggal 6 saja di tahun 2003. Namun, pada tahun 2003, dua negara di Afrika mengalami resurgensi polio yang disebabkan oleh poliovirus liar. Serangan ini terus berlanjut pada tahun  2004 dari sumber endemik Nigeria-Niger ke 14 negara yang selama lebih dari 1 tahun tidak ada kasus polio yang dilaporkan (Suryawidjaja, 2005;h. 92).
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak (Hidayat, 2009;h. 103). Sebelum program imunisasi polio dilaksanakan, polio merupakan penyakit endemis di Indonesia. Dengan pelaksanaan imunisasi polio (1981-2000) yang semakin baik, maka insiden penyakit polio cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun 1996-2000 tidak ditemukan lagi adanya laporan virus polio liar (Purwanto, 2009).
Namun, pada kurun waktu 2005 sampai awal 2006 kasus polio telah berjumlah 305 orang yang telah tersebar di 10 provinsi dan 47 kabupaten/kota. (Depkes RI, 2007;h. 2). Di Provinsi Jawa Tengah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) polio terdapat di Kabupaten Demak terdapat 6 orang penderita Lumpuh Layu Akut/ Acute Flaccide Paralysis (AFP) dan 1 orang diantaranya penderita Virus Polio Liar (VPL) positif (Depkes RI, 2005;h.1).
Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Apabila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Anonim, 2008). Di negara berkembang, dengan kondisi yang mendukung penyebaran virus secara luas dan mudah, polio merupakan penyakit yang mengancam bayi dan anak-anak sehingga pengetahuan tentang Imunisasi Polio perlu dimiliki (Suryawidjaja, 2005; h. 95).
Demi melindungi dan meningkatkan kesehatan manusia di seluruh dunia, Sanofi Pasteur menyumbang kontribusi besar untuk memenuhi target global, diantaranya pada tahun 2010 atau lebih cepat, seluruh negara akan memiliki cakupan imunisasi rutin sebesar 90% secara nasional dan dengan setidaknya 80% cakupan di setiap daerah (Badan Kesehatan Dunia, 2005;h.1).
Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Dinkes Prop.Jateng, 2005;h. 5).


Tabel 1.1  Laporan Hasil Komulatif Imunisasi Polio Rutin Bayi Puskesmas Kendal 02 Desember 2010
Kelurahan
Sasaran Bayi
Pencapaian s/d Desember (%)
Drop Out (DO) (%)
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Pegulon
32
112,5
96,9
96,9
87,5
22,2
Pekauman
13
69,2
69,2
69,2
69,2
0,0
Patukangan
21
90,5
85,7
95,2
104,8
-15,8
Ngilir
39
107,7
115,4
120,5
110,3
-2,4
Balok
20
110,0
85,0
95,0
110,0
0,0
Bandengan
104
89,4
88,5
94,2
101,9
-14,0
Karangsari
84
85,7
82,1
73,8
88,1
-2,8
Banyutowo
52
100,0
96,2
96,2
88,5
11,5
Ketapang
66
98,5
121,2
97,0
92,4
6,2
Puskesmas
431
95,1
95,4
92,8
95,4
-0,2
Sumber : Dinkes Kabupaten Kendal, 2010
Berdasarkan data diatas ada 2 kelurahan yang belum mencapai target yaitu Kelurahan Pekauman yang cakupannya hanya mencapai 69,2% (polio 1-4) dari sasaran bayi sebanyak 13 dan Kelurahan Karangsari yang cakupan polio 3 sebesar 73,8% dari sasaran bayi sebanyak 84.
Berdasarkan data studi pendahuluan di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal tahun 2011 dengan sampel ibu-ibu yang mempunyai bayi sejumlah 10 orang, diketahui pendidikan ibu dengan cara wawancara, 8 orang dengan pendidikan menengah dan 2 orang dengan pendidikan dasar. Mengetahui pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan cara wawancara, dari 3 pertanyaan yang diajukan (pengertian, jadwal imunisasi dan kontra indikasi), 5 orang dapat menjawab 2 pertanyaan dan 5 orang dapat menjawab 1 pertanyaan. Mengetahui perilaku mengimunisasi polio bayinya dengan cara melihat kohort dan KMS, 1 orang dengan mengimunisasi polio bayinya sesuai jadwal dan 9 orang dengan mengimunisasi polio bayinya tidak sesuai jadwal.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis merasa tertarik mengadakan penelitian tentang “Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Mengimunisasi Polio Bayinya Di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal”.

B.   Rumusan Masalah
Adanya kasus KLB polio yang muncul kembali di Indonesia tahun 2005 lalu dan berdasarkan laporan cakupan imunisasi polio bayi Puskesmas kendal 02 tahun 2010 yang menunjukkan bahwa Desa Karangsari cakupan polio 3 belum mencapai target yaitu hanya sebesar 73,8% dari sasaran bayi sebanyak 84 serta berdasarkan studi pendahuluan di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal tahun 2011 dari 10 ibu bayi tahun 2010 diketahui pendidikan ibu, 8 orang dengan pendidikan menengah dan 2 orang dengan pendidikan dasar. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio, 5 orang dapat menjawab 2 pertanyaan dan 5 orang dapat menjawab 1 pertanyaan. Perilaku mengimunisasi polio bayinya, 1 orang dengan mengimunisasi polio bayinya sesuai jadwal dan 9 orang dengan mengimunisasi polio bayinya tidak sesuai jadwal.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku mengimunisasi polio bayinya di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal? “



C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang Imunisasi Polio dengan perilaku mengimunisasi polio bayinya di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal.           
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui pendidikan ibu yang mempunyai bayi di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal
b.    Mengetahui pengetahuan ibu tentang Imunisasi polio di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal
c.    Mengetahui perilaku ibu dalam mengimunisasi polio bayinya di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal
d.    Mengetahui hubungan pendidikan dengan perilaku mengimunisasi polio bayinya di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal
e.    Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku mengimunisasi polio bayinya di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal.

D.   Manfaat Penelitian
  1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Imunisasi Polio, dengan demikian diharapkan masyarakat selalu mengimunisasi polio bayinya sesuai jadwal.

  1. Bagi Puskesmas Kendal 2
Memberikan sumbang pikir pada puskesmas Kendal 2 dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meningkatkan upaya promotif, preventif serta evaluasi dalam program Imunisasi.
  1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah wacana kepustakaan Akademi Kebidanan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
  1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Uniska Kendal.

E.    Keaslian Penelitian
1.    Sri Widayati (2009) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di Puskesmas Sukoharjo. Metode penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah ibu-ibu yang datang ke Puskesmas Sukoharjo untuk mengimunisasikan bayinya pada bulan Mei-Juni sebanyak 90 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu dengan bayi yang berumur 0-3 bulan yang dinyatakan sehat untuk mendapatkan imunisasi polio dan menyusui bayinya dengan ASI sebanyak 47 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner sebanyak 16 pertanyaan yang bersifat tertutup. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% atau ± = 0,05. Hasil penelitian ini adalah ibu dengan pengetahuan yang baik sebanyak 32 responden (68,1%), sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang imunisasi polio sebanyak 15 responden (31,9%). Ibu dengan perilaku yang baik pasca imunisasi polio dengan tidak langsung memberi ASI pasca imunisasi polio sebanyak 28 responden (59,6%), sedangkan yang berperilaku kurang baik sebanyak 19 responden (40,4%). Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio pada bayi di puskesmas Sukoharjo.
2.   Nila Mushtaniroh (2009) tentang Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Kegiatan Posyandu dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Dukuh Kenconorejo Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Metode penelitian ini menggunakan metode survei analitik. Pendekatan yang digunakan adalah desain cross sectional. Responden yang menjadi subyek penelitian ini adalah Ibu balita di Dukuh Kenconorejo Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis bulan April 2009. Teknik sampling menggunakan accidental sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Menunjukkan bahwa dari 36 responden mayoritas berpendidikan dasar sebesar 83,3%, berpengetahuan baik 86,1% dan balita yang berkunjung rutin ke posyandu sebesar 61,1%. Dari hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan kunjungan balita ke posyandu (P > 0,05) yaitu 0,370 > 0,05) dan juga tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan balita ke posyandu (P > 0,05 yaitu 0,064 > 0,054).
3.  Anis Nur Aini (2011) tentang Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Mengimunisasi Polio Bayinya Di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pendekatan yang digunakan adalah retrospektif. Responden yang menjadi subyek penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal bulan Juni-Juli 2011 sejumlah 49 orang. Teknik sampling menggunakan teknik Sampling Jenuh dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 49 orang. Sedangkan persamaannya adalah metode penelitian ini menggunakan metode survei analitik dan uji statistik yang digunakan adalah Chi Square.